Tahu Sumedang, camilan legendaris asal Sumedang, Jawa Barat, telah memikat hati para pecinta kuliner dengan rasa gurih dan teksturnya yang unik. Camilan ini tidak hanya murah dan bergizi, tetapi juga kaya akan protein nabati karena terbuat dari kacang kedelai.
Tahu Sumedang bisa diolah dengan berbagai cara, namun yang paling terkenal adalah digoreng. Sensasi rasa gurih dan tekstur krispi di luar serta lembut di dalam membuatnya sulit ditandingi oleh tahu lainnya. Ukurannya yang kecil, sekitar 2,5 x 2,5 cm, menambah daya tarik camilan ini.
Sejarah tahu Sumedang dimulai pada tahun 1917 oleh Ong Ki No, atau Babah Eno, seorang warga keturunan China. Resep ini kemudian diwariskan kepada keturunannya, Ong Bung Keng, dan terus dilestarikan hingga generasi milenial saat ini. Popularitas tahu ini telah menyebar dari Sumedang ke kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta.
BACA JUGA: Bapenda Kota Pontianak Tertibkan Reklame Mitsubishi Tak Bayar Pajak
Bahan utama tahu Sumedang adalah kedelai lurik, khas Sumedang, dan air tanah asli dari kota tersebut. Proses pembuatan yang masih tradisional, menggunakan tenaga manusia, memberikan cita rasa yang khas dan berbeda dari tahu lainnya.
BACA JUGA: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia vs Vietnam di Piala AFF 2024
Menurut cerita, Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja, pernah mencicipi tahu ini saat melintas dengan kereta kudanya. Terkesan dengan rasa dan aromanya, ia menyarankan Ong Bung Keng untuk menjualnya. Sejak itu, produksi tahu Sumedang dilakukan di rumah Ong Bung Keng di Jalan 11 April, Tegalkalong, Kecamatan Sumedang Utara.
Tahu Sumedang, yang juga dikenal sebagai tahu Bungkeng, disajikan dalam keadaan panas atau hangat dan dikemas unik dalam keranjang bambu jika dipesan dalam jumlah banyak. Camilan ini telah menjadi bagian dari warisan kuliner Indonesia, mempertahankan popularitasnya lebih dari satu abad.