Keberadaan lokasi penyekapan, penyiksaan, dan pembunuhan para Pahlawan Revolusi mencapai titik terang. Pada 3 Oktober 1965, Panglima Kostrad Mayjen Soeharto mendapat kabar penting dari pasukan RPKAD. Komandan Pleton Satu RPKAD Letnan Dua Sintong Panjaitan mengaku telah menemukan lubang tempat jenazah para jenderal dipendam.
Sesampainya di lokasi, pasukan RPKAD coba mencari cara agar penggalian bisa dilanjutkan. Para penggali sebelumnya, baik RPKAD maupun warga sekitar tak tahan dengan bau anyir dan busuk jenazah, sehingga tak memungkinkan untuk dilanjutkan.
Sintong mulai mencari akal dengan meminjam peralatan selam milik Korps Komando Angkatan Laut. Tak hanya meminjamkan peralatan, Korps Komando AL bahkan mendatangkan penyelam terbaik KKO, Komandan Kompi Para Amphibi Winanto beserta delapan penyelam lain.
BACA JUGA: Sukses Praktikkan Kaidah Pertambangan yang Baik, Grup ABM Dianugerahi Aditama
Lantaran tak ada seorang pun anggota RPKAD mampu meneruskan penggalian dan evakuasi, akhirnya pasukan KKO turun tangan.
Aksi pasukan KKO tersebut disaksikan langsung Mayjen Soeharto, Mayjen Sugandhi (Puspen Hankam), dan Ibnu Subroto (Puspen AD).
Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang mengangkat jenazah Lettu CZi Pierre Andreas Tendean, ajudan Nasution. Di dalam visum et repertum, Pierre Tendean tewas akibat luka tembak.
Luka tembak masuk satu peluru di leher belakang sebelah kiri, dua peluru di punggung kanan, satu di pinggul kanan. Luka tembak keluar, dua di dada kanan.
Sementara, luka tidak teratur ada di kepala kanan, di tulang ubun-ubun kiri, dan di puncak kepala.
Tiga puluh menit kemudian, tepatnya pukul 12.35 WIB, Kopral Subekti KKO mengangkat dua jenazah sekaligus: Mayjen S. Parman dan mayjen Suprapto.
Di dalam visum et repertum, R Soeprapto tewas akibat 11 tembakan di tubuhnya. Luka tembak masuk, satu peluru di punggung pada ruas tulang punggung keempat, tiga peluru di pinggul kanan, satu di pinggul kiri belakang, satu di bokong sebelah kanan, satu di pinggang kiri belakang, satu di pantat sebelah kanan, dan satu di pertengahan paha kanan.
Kemudian, S Parman tewas terkena lima luka tembakan, termasuk dua tembakan mematikan di kepala. Luka tembak masuk, satu di dahi kanan, satu di tepi lekuk mata kanan, satu di kelopak atas mata kiri, satu di bokong kiri, dan satu di paha kanan depan.
Pukul 12.55 WIB, Kopral Hartono KKO, berhasil mengevakuasi Mayjen M.T Haryono dan Brigjen Sutoyo. Mayjen MT Haryono tewas akibat luka tusukan panjang dan dalam di bagian perut.
Sementara, Brigjen Sutoyo kehilangan nyawa akibat luka tembak masuk dua peluru di tungkai kanan bawah, satu di atas telinga kanan. Kemudian, luka tembak luar, dua di betis kanan, dan satu di telinga kanan.
Setelah itu, pada pukul 13.30 WIB, Serma Suparimin KKO mengevakuasi jenazah Letjen Ahmad Yani. Terdapat 10 luka tembak baru dan 3 luka tembak lama.
BACA JUGA: Kalau Jadi Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil bakal Bikin Kepulauan Seribu Jadi Begini …
Luka tembak masuk, dua di dada kiri, satu di dada kanan bawah, satu di lengan kanan atas, satu di garis pertengahan perut, satu di perut bagian kiri bawah, satu di perut kanan bawah, satu di paha kiri depan, satu di punggung kiri, dan satu di pinggul garis pertengahan.
Masih ada satu jenazah lagi tersisa di lubang. Namun, hampir semua penyelam KKO juga RPKAD kelelahan dan ada pula anggota keracunan bau mayat.
Arkian, Komandan Kompi Intai Amphibi Kapten Winanto turun menelusur lubang dan kembali ke permukaan membawa jenazah terakhir, Brigjen DI Pandjaitan.
Terdapat tiga tembakan di kepala dan luka iris di tangan. Luka tembak masuk, satu di alis kanan, satu di kepala atas kanan, satu di kepala kanan belakang, dan satu di kepala belakang kiri.