Mengenang Aksi Heroisme Arek Suroboyo Dalam Peristiwa 10 November

Sekutu yang dipimpin Inggris tiba di Surabaya dan diboncengi NICA. Foto: Istimewa
Sekutu yang dipimpin Inggris tiba di Surabaya dan diboncengi NICA. Foto: Istimewa

Aksi heroik arek Suroboyo dalam peristiwa 10 November 1945 tercatat sebagai tinta emas perlawanan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan. Peristiwa itu kemudian dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Sejarah mencatat, perlawanan 10 November merupakan bukti rakyat Indonesia memegang teguh prinsip Merdeka atau Mati!

Perlawanan sengit arek-arek Suroboyo tidak terlepas dari aksi Belanda melalui NICA yang memboncengi kedatangan sekutu yang dipimpin oleh Inggris untuk melucuti tentara Jepang.

BACA JUGA: Anugerah KPI 2024: Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju

Dalam menjalankan misinya di Surabaya, pihak Inggris pada awalnya hanya mengerahkan Brigade Infanteri India ke-49 yang berada di bawah pimpinan komando Brigadir Mallaby yang memiliki kekuatan antara 4.000 hingga 6.000 pasukan.

Para pasukan sekutu yang tiba Surabaya tersebut belum boleh mendarat sebelum mendapatkan izin dari pimpinan Indonesia yang ada di Jakarta.

Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya perundingan antara pimpinan sekutu dengan pimpinan Indonesia yang ada di Surabaya.

Pimpinan Indonesia yang ada di Surabaya pada saat itu adalah Gubernur Jawa Timur Suryo, Komandan TKR Karesidenan Surabaya dokter Moestopo, Residen Surabaya SudirmanRadjamin Nasution, Ketua KNI Doel ArnowoRuslan AbdulganiDjoko SawondhoRustam ZainDjoko SawondhoMohammad, Inspektur Soejono Prawibismo, Moh Jassin, dan Mr. Masmuin.

Kronologi awal dari insiden ini, dimana sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Mr.W.V.Ch. Ploegman mengibarkan bendera negara Belanda yang berwarna merah, putih, dan biru tanpa adanya persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia di Hotel Yamato, kota Surabaya.

Masyarakat Surabaya yang melihat hal tersebut menjadi kesal dan marah. Hal ini yang membuat seorang perwakilan Indonesia yaitu Residen Soedirman mendatangi Hotel Yamato tempat mereka mengibarkan bendera tersebut untuk berdiskusi dengan pimpinan sekutu yaitu Ploegman agar bendera tersebut dapat diturunkan dan tidak terjadinya keributan.

BACA JUGA: PBB Kutuk Serangan Zionis Israel kepada Warga Gaza, 70 Persen Korban Anak-Anak

Namun, diskusi yang ada tidak berjalan lancar dan pimpinan mereka yaitu Ploegman menolak untuk menurunkan benderanya.

Hingga yang menjadi puncak kejadiannya, Ploegman mengeluarkan sebuah pistol yang membuat perkelahian antara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.

Di tengah keributan tersebut, Ploegman meninggal dunia karena dicekik oleh pengawal Soedirman yaitu Sidik. Namun, Sidik juga tewas yang disebabkan oleh tentara Belanda yang sedang bertugas saat itu.

Soedirman beserta pengawalnya yang lain berhasil menghindari insiden tersebut dan segera keluar dari Hotel Yamato untuk mengamankan situasi yang ada.

Namun, beberapa pemuda di Surabaya terlihat langsung menaiki Hotel Yamato dan segera merobek bendera Belanda yang berwarna merah, putih, biru tersebut dan menyisakan bagian merah dan putih saja.

Perang yang terjadi antara kedua belah pihak yaitu masyarakat Surabaya dan pasukan sekutu Inggris pertama kali terjadi tepatnya pada tanggal 27 Oktober hingga 30 Oktober tahun 1945.

Hal ini yang membuat Jenderal D.C.Hawthorn meminta bantuan dari Soekarno untuk mencari solusi dan meredakan situasi pada saat itu.

Namun, dengan terjadinya bentrok terus menerus antara kedua belah pihak membuat pemimpin sekutu Inggris yaitu Brigadir Jenderal Mallaby meninggal dunia.

Pemimpin dari pasukan sekutu Inggris yaitu Jenderal Mallaby meninggal dunia di tanggal 30 Oktober 1945, yang kemudian posisi tersebut digantikan dengan Jenderal Robert Mansergh.

Kemudian, Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan sebuah ultimatum yang ditujukan kepada masyarakat Surabaya pada tanggal 9 November 1945. Ultimatum tersebut berisikan sebagai berikut.

1. Pemimpin Indonesia yang ada di Surabaya harus melaporkan diri

2. Seluruh senjata yang dimiliki oleh pihak Indonesia yang ada di Surabaya harus diserahkan kepada pihak Inggris

3. Pemimpin Indonesia yang ada di Surabaya harus menandatangani sebuah pernyataan bahwa mereka menyerah tanpa adanya syarat.

Ultimatum yang diajukan tersebut kemudian ditolak oleh pihak Indonesia, sehingga para pasukan Inggris mulai melancarkan serangan mereka pada tanggal 10 November di pagi hari yang menjadi awal dari pertempuran kedua belah pihak tersebut.

Pada pertempuran ini sendiri, terdapat setidaknya 20.000 tentara serta 100.000 sukarelawan di pihak Indonesia, sementara pada pihak Inggris terdapat setidaknya 30.000 tentara yang juga dibantu dengan berbagai peralatan perang mereka, yaitu tank, kapal perang, serta pesawat tempur.

BACA JUGA: PPP bakal Percepat Jadwal Muktamar

Pertempuran yang terjadi antara kedua belah pihak tersebut mengalami puncaknya tepat pada tanggal 10 November 1945, di mana terjadinya bentrok antara pasukan sekutu serta arek Surabaya ketika pasukan sekutu tersebut hendak menyerang kota Surabaya yang langsung dihadang oleh masyarakat Surabaya.

Pertempuran yang terjadi tersebut menghasilkan banyak korban jiwa pada kedua belah pihak. Namun, khususnya untuk masyarakat Surabaya yang kehilangan 20.000 korban jiwa akibat pertempuran tersebut, dimana pada pihak sekutu kehilangan kurang lebih 1.500 korban jiwa.

Pertempuran Surabaya ini berlangsung selama tiga minggu dimana menimbulkan berbagai kerugian besar bagi masyarakat di kota Surabaya dan juga Indonesia.

Dalam usahanya melawan pihak sekutu tersebut, arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo yang mengumandangkan pidato berapi-api yang berhasil untuk membangkitkan semangat masyarakat Surabaya untuk melawan dan mengusir penjajah dari negara Indonesia.

Setelah satu tahun terjadinya pertempuran tersebut, Presiden Soekarno yang menjabat menjadi Presiden Negara Indonesia saat itu menetapkan bahwa setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia akan memperingati hari tersebut sebagai Hari Pahlawan.

Oleh sebab itu, hingga kini masyarakat Indonesia masih memperingati perjuangan para pahlawan dengan mengingat jasa para pejuang setiap tanggal 10 November.

Pertempuran yang hingga kini masih diperingati setiap tanggal 10 November oleh Bangsa Indonesia bukanlah perjuangan yang dilakukan satu hari saja, namun melibatkan berbagai pertempuran yang terjadi sejak akhir Oktober tahun 1945 hingga November 1945.

BACA JUGA: Sanggar Sarana Baja Pamerkan Mounted Crane Terbaru di Palfinger APAC Owners Club Indonesia Series

Dari pertempuran yang terjadi sendiri, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertempuran pendahuluan, pertempuran puncak yang terjadi pada tanggal 10 November, dan pertempuran akhir.

Jika diperkirakan pejuang yang ikut terlibat akibat serangkaian pertempuran tersebut adalah 20.000 pasukan TKR yang datang dari berbagai penjuru Jawa Timur serta para rakyat pejuang yang mencapai 140.000 orang.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *