Di Kecamatan Tombolo Pao, Gowa, pada ketinggian lereng Gunung Bawakaraeng, semangat hidup seorang pria sederhana bernama Jamaluddin Daeng Abu bersinar seperti matahari yang menyinari kebun-kebun sayur milik para petani di sana.
Bersama mimpinya yang besar, Jamaluddin mendirikan sebuah gerakan yang sangat berarti bagi masyarakat sekitar: Gerakan Cerdas Anak Petani. Langkah pertama, Jamaluddin mendirikan rumah baca untuk anak-anak yang dinamakan Rumah Koran.
“Rumah bacanya bernama Rumah Koran. Lokasinya ada di sebuah bangunan yang awalnya merupakan kandang bebek. Bangunan itu ditempeli koran-koran bekas. Setelah dibaca, koran kan jadi sampah. Berita-berita itu disortir lalu ditempel hingga jadilah Rumah Koran,” kata Jamaluddin seperti dikutip dari goodnewsfromindonesia.id, Jumat, 25 Oktober 2024.
BACA JUGA: Lagu ‘Mantra’ Jennie Blackpink Dilarang di Stasiun TV Korea, Ada Apa?
Gerakan ini hadir bukan hanya untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak petani yang terbatas aksesnya, namun juga untuk menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan dan ekonomi mandiri, sehingga mereka bisa tumbuh dengan percaya diri di kampung halaman sendiri.
Jamaluddin bukan hanya seorang guru, tetapi sosok yang gigih membawa perubahan. Langkah-langkahnya menguat ketika pada tahun 2017, ia mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra, sebuah pengakuan atas kerja kerasnya dalam bidang pendidikan di pelosok Indonesia.
Penghargaan ini tak hanya menjadi sebuah simbol, namun juga pelecut semangat bagi Jamaluddin untuk terus bergerak dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak petani di Tombolo Pao.
Menembus Batas di Lereng Bawakaraeng
Di Tombolo Pao, pendidikan formal tidak selalu mudah dijangkau. Anak-anak di sana sering kali membantu orang tua di kebun, sehingga pendidikan menjadi hal yang tersisihkan.
Namun, di situlah Jamaluddin hadir, menyisihkan waktu luang di sore dan malam hari untuk mengajar mereka. Dengan penuh kesabaran, ia memulai Gerakan Cerdas Anak Petani, mengajak anak-anak desa untuk belajar di teras rumahnya yang sederhana.
Tidak ada fasilitas mewah atau gedung sekolah besar. Yang ada hanyalah papan tulis seadanya, buku-buku bekas yang ia kumpulkan, dan segenggam harapan yang ia sematkan di hati setiap anak.
Bagi Jamaluddin, pendidikan adalah kunci bagi anak-anak ini agar mereka bisa memutus rantai kemiskinan dan memandang masa depan dengan penuh optimisme.
Mendidik dengan Cinta Alam dan Ekonomi Mandiri
Keunikan dari gerakan ini bukan hanya terletak pada materi ajar akademis, tetapi pada pesan cinta lingkungan yang terus ia tanamkan.
Bagi Jamaluddin, generasi muda harus memiliki kesadaran lingkungan sejak dini. Setiap minggunya, ia mengajak anak-anak turun ke ladang, bukan untuk bekerja, tetapi untuk memahami bagaimana tanah dan tanaman bisa bersinergi dalam menciptakan kehidupan.
Ia juga mengajarkan mereka keterampilan dasar dalam bercocok tanam dan menabung, sehingga suatu hari nanti, mereka bisa menjadi petani cerdas yang mandiri dan berpikiran maju.
Dengan pendidikan ekonomi mandiri ini, anak-anak didorong untuk merintis usaha sendiri, mengolah hasil panen keluarga mereka, dan mengubahnya menjadi produk bernilai lebih tinggi.
Harapannya, generasi ini mampu menciptakan kesejahteraan tanpa harus meninggalkan tanah kelahirannya.
SATU Indonesia Awards: Inspirasi untuk Terus Melangkah
Penghargaan yang ia terima dari SATU Indonesia Awards 2017 telah menjadi momen penting bagi Jamaluddin. Baginya, penghargaan ini bukan sekadar pengakuan, tapi sebuah tanggung jawab besar.
Melalui Gerakan Cerdas Anak Petani, Jamaluddin membangun generasi yang siap memikul tanggung jawab atas masa depan mereka sendiri, dengan pendidikan, cinta lingkungan, dan ekonomi mandiri sebagai landasan.
BACA JUGA: Desa Wisata Wayang Sidowarno: Harmoni Budaya dan Ketangguhan Lokal Bersama KBA
Sebagai penerima SATU Indonesia Awards, Jamaluddin adalah bukti bahwa impian besar bisa diraih dari tempat yang jauh dari sorotan. Ia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa perjuangan di balik layar pun memiliki kekuatan yang besar untuk mengubah masa depan bangsa.
Di lereng Gunung Bawakaraeng yang sunyi, suara tawa dan semangat anak-anak didikan Jamaluddin kini menggema, membawa harapan bahwa masa depan lebih cerah dan menjanjikan bagi mereka.