Di balik kehidupan keras di lingkungan pemulung di Warung Jengkol, Pondok Aren, Tangerang Selatan, terdapat sosok perempuan yang tidak hanya menjadi guru, tetapi juga pelita bagi anak-anak yang kerap dilupakan oleh sistem pendidikan.
Siti Salamah, seorang pejuang pendidikan tanpa pamrih, telah merangkul kehidupan anak-anak pemulung dan mengubah takdir mereka melalui pendidikan.
Kisahnya bukan hanya tentang perjuangan melawan kemiskinan, tetapi juga tentang keteguhan hati dan cinta yang tulus kepada sesama manusia.
BACA JUGA: Pidato Prabowo Lantang soal Kemerdekaan Palestina, DPR Sebut Indonesia Potensi Pimpin Negara Islam
Jejak Siti Salamah berawal pada tahun 2015 lalu. Ia mencoba memulai langkah kecil yang kemudian mengubah banyak kehidupan.
Saat itu, dia menyaksikan kondisi memilukan anak-anak pemulung di Warung Jengkol yang sering kali harus bekerja membantu orang tua mengais rezeki di tumpukan sampah ketimbang belajar di sekolah.
Mereka, kata Siti, seharusnya berada di ruang kelas bukan justru berada di tempat-tempat yang berdebu dan kotor, mengabaikan pendidikan karena tuntutan ekonomi yang berat.
Siti mencoba memberanikan diri untuk masuk ke daerah tersebut untuk menemui pemimpin bos lapak tersebut. Namun, ada rasa takut dan khawatir. Siti takut terjadi hal buruk pada dirinya.
Namun, tak disangka. Pintu justru terbuka lebar bagi Siti. Bos lapak dan warga di lokasi menyambut dengan baik tujuan Siti.
“Itu aku benar-benar nekat dari tempat kerja di Bintaro. Jalan ke sana berdoa terus. Jujur aku takut pemulung. Pas aku datang, enggak ada kayak gitu,” kata Siti seperti dikutip dari viva.co.id pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Siti pun langsung bertindak. Sepulang bekerja, ia menyempatkan diri untuk mengunjungi anak-anak pemulung di sana dan mulai mengajari mereka hal-hal dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Saat itu, Siti memahami bahwa langkah kecilnya mungkin tak akan langsung mengubah keadaan, tetapi ia percaya bahwa pendidikan adalah satu-satunya cara untuk membuka peluang bagi masa depan yang lebih baik.
Melampaui Sekadar Mengajar: Membawa Harapan dan Kesejahteraan
Apa yang dilakukan Siti Salamah lebih dari sekadar mengajar. Ia menyadari bahwa untuk bisa mengubah kehidupan anak-anak pemulung secara menyeluruh, diperlukan upaya lebih dari sekadar memberi mereka pelajaran.
Karena itu, Siti mulai mengembangkan konsep pemberdayaan melalui pengelolaan sampah. Ia membentuk Waste Solution Hub (WasteHub), sebuah inisiatif yang tidak hanya berfokus pada pendidikan, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat pemulung.
BACA JUGA: Presiden Prabowo Singgung soal Birokrasi Ribet, Pengamat: Ini yang Ditunggu Publik
Melalui WasteHub, Siti melibatkan para pemulung dewasa dalam program pelatihan pengelolaan sampah yang lebih efektif dan bernilai ekonomi.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga pemulung sehingga anak-anak mereka tidak perlu lagi mengorbankan pendidikan demi mencari uang.
Siti meyakini bahwa ketika orang tua memiliki penghasilan yang lebih baik, anak-anak mereka bisa kembali bersekolah dengan tenang.
Tantangan Tak Pernah Surut
Namun, perjuangan Siti tidak selalu berjalan mulus. Banyak tantangan yang dihadapi, terutama dalam mengubah pola pikir masyarakat pemulung yang telah terbiasa dengan kehidupan keras dan menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang mewah.
Beberapa orang tua merasa skeptis dan ragu akan manfaat pendidikan bagi anak-anak mereka. Tak jarang, Siti harus bekerja ekstra keras meyakinkan mereka bahwa pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih cerah.
Meski demikian, Siti tidak pernah menyerah. Setiap langkah kecil yang ia ambil, dari membuka kelas belajar hingga mengadakan diskusi dengan para orang tua, adalah bukti ketulusan dan dedikasinya.
Siti menyadari bahwa perubahan besar tidak bisa terjadi dalam semalam, tetapi dengan konsistensi dan kesabaran, ia yakin benih yang ia tanam suatu hari akan tumbuh menjadi pohon yang kokoh.
Apresiasi SATU Indonesia Awards
Perjuangan Siti Salamah tidak hanya dirasakan oleh komunitas pemulung di Warung Jengkol, tetapi juga mendapat perhatian dari masyarakat luas. Pada tahun 2021, Siti menerima penghargaan Apresiasi 12th SATU Indonesia Awards dari Astra untuk kategori kelompok.
Penghargaan ini merupakan pengakuan atas kontribusi nyata Siti dalam memajukan pendidikan dan memberdayakan komunitas pemulung melalui WasteHub.
Penghargaan ini bukan hanya menjadi bukti atas kerja keras Siti, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil.
Melalui dedikasinya, Siti telah membuktikan bahwa satu orang dengan tekad kuat bisa membawa dampak positif yang signifikan dalam kehidupan orang lain.
Harapan yang Terus Hidup
Meski telah menerima berbagai pengakuan, Siti Salamah tetap rendah hati. Baginya, penghargaan tersebut hanyalah bonus dari apa yang ia lakukan dengan sepenuh hati.
Siti tetap fokus pada misinya: memberikan akses pendidikan yang layak bagi anak-anak pemulung dan memberdayakan komunitas mereka.
Hingga kini, ia terus melanjutkan perjuangannya dengan harapan bahwa lebih banyak anak-anak pemulung yang bisa mengenyam pendidikan dan keluar dari lingkaran kemiskinan.
Kisah Siti Salamah adalah kisah tentang keteguhan, pengorbanan, dan cinta yang tulus untuk masa depan yang lebih baik.
Di tengah kehidupan yang penuh keterbatasan, ia menjadi simbol harapan bagi anak-anak pemulung, memberikan mereka kesempatan untuk bermimpi dan meraih masa depan yang lebih cerah.
Siti Salamah telah menorehkan jejak yang mendalam di hati banyak orang. Melalui dedikasinya kepada anak-anak pemulung di Warung Jengkol, ia telah membuktikan bahwa setiap anak berhak bermimpi, tanpa peduli seberapa sulit latar belakang mereka.
BACA JUGA: Wujudkan Swasembada Energi, DEM Indonesia Gelar Launching Periode dan Diskusi Publik Energi Nasional
Dengan penghargaan SATU Indonesia Awards 2021, Siti Salamah tidak hanya meraih pengakuan atas karyanya, tetapi juga memberikan inspirasi kepada kita semua bahwa pendidikan adalah kekuatan yang mampu mengubah hidup, satu anak, satu keluarga, dan satu komunitas pada satu waktu.
Melalui kisah ini, kita diajak untuk percaya bahwa di tengah segala keterbatasan, selalu ada harapan. Siti Salamah adalah wujud nyata dari harapan itu.